Senin, 04 Januari 2016

Benarkah Gigi yang Sedang Sakit dan/atau Bernanah Tidak Boleh Dicabut ?


"Gigi yang mengalami infeksi sehingga menimbulkan rasa sakit dan pembengkakan gusi mesti diobati dahulu hingga infeksinya sembuh; setelah itu barulah gigi yang rusak tersebut bisa dicabut."

Opini di atas banyak sekali dijumpai dan dianggap sebagai suatu kebenaran oleh masyarakat Indonesia secara umum.  Akibat dari kepercayaan tersebut, seringkali sakit gigi yang dapat dituntaskan dalam waktu relatif singkat dengan menghilangkan sumbernya harus diperpanjang dan "dinikmati" dalam waktu sekian lama.  Sering pula dijumpai pasien yang berbohong kepada dokternya, gigi yang sedang sakit diakui tidak sakit, karena si pasien sudah tidak tahan dengan sakit giginya namun berasumsi bahwa sang dokter tidak akan bersedia mencabut giginya kalau masih ada rasa nyeri pada gigi tersebut.

Segala kerumitan dan "drama" yang dipaparkan di atas sebetulnya bermula dari mitos tidak benar yang dituliskan di awal artikel ini.  Pada kenyataannya, jika gigi sebagai sumber infeksi dilepas sesegera mungkin dari dalam rongga mulut maka segala keluhan nyeri dan pembengkakan yang disebabkannya akan lebih cepat hilang (dengan catatan gigi tersebut memang sudah tidak ada fungsi dan tidak ada harapan untuk bisa diperbaiki lagi).

Kenapa bisa muncul mitos di atas ? Harus diakui bahwa pandangan semacam itu bermula dari pandangan beberapa individu yang berasal dari kalangan profesi kedokteran gigi juga. Beberapa alasan yang mendasari opini tersebut antara lain adalah; bahwa gigi yang sedang meradang aktif tidak bisa dibius secara optimal sehingga proses pencabutannya akan menimbulkan nyeri pada pasien. Alasan berikutnya yang sering dikemukakan adalah bahwa kuman pada gigi yang membengkak akan menyebar ke seluruh tubuh jika gigi dicabut saat kondisi masih bengkak.

Alasan bahwa gigi yang sedang meradang tidak dapat dibius secara optimal sesungguhnya tidaklah akurat.  Tujuan dilakukan tindakan anastesi (pembiusan) lokal sebelum tindakan cabut gigi adalah untuk menghilangkan segala rasa sakit dan nyeri sehingga tindakan cabut gigi dapat dilakukan tanpa menimbulkan kesakitan pada pasien.  Ada berbagai macam tehnik anastesi lokal yang dapat dilakukan untuk mencapai anastesi (keadaan tanpa rasa nyeri) optimal meskipun gigi si pasien sedang dalam keadaan meradang atau bengkak.

Alasan bahwa jika gigi yang bengkak dicabut akan menimbulkan penyebaran infeksi ke seluruh tubuh pun tidak benar. Kenyataannya pencabutan gigi yang dilakukan saat gusi membengkak malah akan memudahkan proses drainase (keluarnya) nanah dan produk-produk radang lainnya melalui lubang soket bekas pencabutan gigi. Dengan kata lain, pencabutan gigi malahan akan mempercepat penyembuhan.

Kita tentu pernah mendengar tentang penyakit radang usus buntu (apendixitis). Pasien yang mengalami radang usus buntu akut akan menderita nyeri luar biasa yang hanya bisa disembuhkan dengan mengangkat usus buntu tersebut secara bedah.  Biasanya dokter bedah akan menjadwalkan tindakan operasi pengangkatan usus buntu akut tersebut secepat mungkin agar dapat menyelesaikan masalah yang sedang dialami pasiennya.

Keadaan penyakit usus buntu sebagai sumber infeksi dan penanganannya tersebut dapat dianalogikan pula seperti penyakit gigi berlubang sebagai sumber infeksi.  Semakin cepat sumber infeksi dieliminasi, semakin cepat proses penyembuhan terjadi.

-drg.Ferdinand Dino
True Smile Dental Clinic


3 komentar: